CoverPublik.com – Imbauan untuk segera mengonsumsi makanan kepada jemaah haji selalu disampaikan oleh ketua regu masing-masing. Ketua regu juga bertugas mendistribusikan makanan kepada para jemaah.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo mengatakan distribusi makanan dilakukan melalui ketua regu kepada para jemaah. Setiap ketua regu membawahi 10 orang jemaah.
“Para ketua regu bertugas mengingatkan jemaah untuk segera mengonsumsi makanan, tidak menunda-nunda. Ketika waktu makan tiba, harus segera dikonsumsi,” kata Liliek pada Minggu (2/6/2024).
Makanan yang disajikan kepada jemaah haji dikemas dalam boks aluminium foil tertutup rapat. Aspek kecukupan gizi seperti karbohidrat, protein, dan vitamin telah dipertimbangkan dengan matang.
Menurut Liliek, dalam kategori makanan tidak ada perbedaan antara jemaah satu dengan yang lain. Selain itu, terdapat penyajian makanan lunak berupa bubur dan lauk dengan tekstur lunak.
“Tidak ada perbedaan kategori makanan antara jemaah satu dengan yang lain, kecuali menu yang disesuaikan dengan daerah asalnya,” kata Liliek.
Pihak katering menyiapkan 20 persen makanan lunak seperti bubur dan lauk lunak untuk setiap kloter saat kali pertama datang. Seterusnya, jumlahnya disesuaikan dengan permintaan ketua kloter melalui bidang layanan konsumsi.
Pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1445 H/2024 M, jemaah mendapatkan layanan katering penuh selama di Tanah Suci, baik di Makkah, Madinah, maupun di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Pelayanan makanan untuk jemaah diberikan sebanyak tiga kali sehari, yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam.
Penilaian Menu Makanan
Liliek menambahkan pemantauan kesehatan gizi makanan pada menu jemaah haji telah terjamin aman. Penilaian kesesuaian gizi dan nutrisi dilakukan oleh ahli gizi.
“Menu yang disajikan sudah melalui penilaian oleh ahli gizi saat proses pengadaan konsumsi jemaah. Saat operasional, bidang layanan konsumsi akan memantau kesesuaian makanan yang diberikan oleh pihak katering dengan menu yang telah ditentukan,” kata Liliek.
Bagi jemaah haji yang sedang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dan Madinah, pemantauan gizi makanan juga dilakukan oleh tenaga ahli gizi.
“Untuk jemaah yang sakit dan mendapat perawatan di KKHI, ada tenaga ahli gizi yang memantau kesehatan gizi sesuai dengan rekomendasi dokter spesialis atau Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP),” kata Liliek.
Editor: Adi Tea