
Jakarta, CoverPublik.com — Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi menerapkan sistem satu data kesehatan selama operasional haji 1446 H/2025 M sebagai langkah strategis untuk memantau kondisi jemaah secara real-time.
Inovasi ini bertujuan memastikan pelayanan kesehatan yang lebih cepat, tepat, dan terintegrasi di tengah padatnya rangkaian ibadah serta tantangan cuaca ekstrem di Tanah Suci.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, menyampaikan bahwa sistem ini memungkinkan pemantauan kondisi kesehatan jemaah sejak dari embarkasi di Indonesia hingga ke Arab Saudi.
“Ini bagian dari transformasi layanan haji yang lebih adaptif, responsif, dan personal,” ujar Liliek, Jumat (16/5/2025).
Sistem satu data kesehatan menghimpun berbagai informasi penting, seperti rekam medis, data penyakit penyerta (komorbid), hasil pemeriksaan kesehatan, hingga intervensi medis yang dilakukan selama perjalanan haji.
Data ini dapat diakses oleh petugas medis di tingkat kloter, sektor, hingga Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), sehingga koordinasi dan penanganan dapat dilakukan secara menyeluruh dan terstruktur.
Melalui sistem ini, petugas dapat mengidentifikasi jemaah dengan risiko tinggi, memberikan batasan aktivitas, serta mengambil tindakan rujukan ke fasilitas kesehatan jika diperlukan. Tak hanya untuk penanganan medis, sistem ini juga mendukung edukasi kesehatan yang lebih personal sesuai dengan kondisi masing-masing jemaah.
Menjelang puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), Liliek juga menegaskan kesiapan layanan kesehatan yang beroperasi selama 24 jam penuh.
Ia mengimbau seluruh jemaah untuk menjaga kebugaran, memperhatikan konsumsi cairan, serta selalu mematuhi arahan petugas kesehatan di lapangan.
Dalam upaya pencegahan penyakit menular, Kemenkes juga telah menyediakan 203.410 dosis vaksin polio dan 211.751 vaksin meningitis bagi seluruh jemaah haji reguler tahun ini.
“Satu data bukan sekadar sistem. Ini adalah ikhtiar negara untuk menjaga keselamatan dan kesehatan setiap jemaah selama menunaikan ibadah,” tegas Liliek.
Penerapan sistem ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan haji dan menekan angka kesakitan serta kematian selama musim haji berlangsung.
Pewarta: Syafri Yantoni
Editor : Masya Heri
COPYRIGHT © COVERPUBLIK 2025