Pendidikan Politik sebagai Fondasi Mencetak Pemimpin Bangsa yang Berkualitas

Lubis, S.H., M.H. Alumni SKPP Nasional, Asal Provinsi Bengkulu

Pendidikan Politik sebagai Fondasi Mencetak Pemimpin Bangsa yang Berkualitas

Oleh: Lubis, S.H., M.H.

Alumni SKPP Nasional, Asal Provinsi Bengkulu

Dalam sebuah negara demokrasi, politik bukan hanya arena perebutan kekuasaan, tetapi juga medan perjuangan untuk memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kesejahteraan, dan kemanusiaan. Maka tidak berlebihan jika pendidikan politik ditempatkan sebagai salah satu instrumen paling penting dalam pembangunan bangsa. Pendidikan politik bukan semata urusan elite, melainkan hak dan tanggung jawab seluruh warga negara.

Sebagai alumni Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP) Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, saya menyadari betul bahwa pendidikan politik yang efektif adalah kunci utama dalam mencetak pemimpin-pemimpin masa depan yang berintegritas, berpikir strategis, dan memiliki keberpihakan pada kepentingan rakyat.

Winston Churchill pernah berkata, “The best argument against democracy is a five-minute conversation with the average voter.” Kutipan ini bukan bermaksud meremehkan rakyat, tetapi menegaskan pentingnya mencerdaskan pemilih melalui pendidikan politik yang terus-menerus dan komprehensif.

Pendidikan Politik: Mencetak Pemimpin, Mencerdaskan Pemilih

Salah satu permasalahan mendasar dalam demokrasi Indonesia saat ini adalah rendahnya literasi politik di berbagai lapisan masyarakat. Pemilu seringkali hanya dipahami sebagai ajang lima tahunan, tanpa pemahaman mendalam mengenai fungsi dan tanggung jawab wakil rakyat serta peran strategis masyarakat sebagai pengawas dan penentu kebijakan publik.

Tanpa pendidikan politik, pemilih mudah dimanipulasi oleh pencitraan semu, politik uang, dan janji-janji kosong. Sebaliknya, masyarakat yang tercerahkan secara politik akan kritis, rasional, dan aktif dalam membangun ruang publik yang sehat.

Nelson Mandela, tokoh anti-apartheid dan Presiden Afrika Selatan pertama yang terpilih secara demokratis, pernah berkata: “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” Pendidikan politik adalah bagian penting dari senjata tersebut—ia mampu mengubah rakyat pasif menjadi warga negara aktif, dan mengubah pemimpin oportunis menjadi negarawan sejati.

Menumbuhkan Kepemimpinan Visioner dan Etis

Pemimpin yang baik tidak lahir secara tiba-tiba. Ia dibentuk melalui proses panjang yang mencakup pengalaman, nilai moral, serta pemahaman politik yang mendalam. Pendidikan politik memberikan kerangka kerja dan kesadaran ideologis bagi calon pemimpin agar mereka tidak hanya mampu mengelola kekuasaan, tetapi juga memanfaatkannya untuk kemaslahatan umum.

Barack Obama dalam banyak pidatonya menekankan pentingnya integritas dalam kepemimpinan. Ia pernah mengatakan: “A change is brought about because ordinary people do extraordinary things.” Dalam konteks ini, pendidikan politik memberi peluang kepada masyarakat biasa untuk menjadi pemimpin luar biasa—selama mereka dipersenjatai dengan pengetahuan dan nilai.

Lebih jauh lagi, pendidikan politik membantu membangun karakter kepemimpinan yang etis. Ini penting karena kekuasaan tanpa etika hanya akan melahirkan tirani. Pendidikan politik membentuk kesadaran bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal mengatur, tapi juga melayani.

Menangkal Politik Uang dan Transaksional

Salah satu penyakit demokrasi modern adalah politik transaksional. Dalam sistem seperti ini, suara rakyat bisa dibeli, dan jabatan bisa diperjualbelikan. Akibatnya, yang terpilih bukanlah yang terbaik, tetapi yang paling besar logistiknya. Ini adalah ancaman serius bagi kualitas kepemimpinan nasional dan daerah.

Pendidikan politik menjadi benteng utama melawan praktik ini. Dengan pemahaman yang baik, masyarakat tidak akan lagi melihat politik sebagai alat untuk keuntungan sesaat, tetapi sebagai sarana untuk memperjuangkan masa depan bersama.

John F. Kennedy pernah mengatakan: “Let us not seek the Republican answer or the Democratic answer, but the right answer. Let us not seek to fix the blame for the past. Let us accept our own responsibility for the future.” Pendidikan politik yang sehat menanamkan rasa tanggung jawab ini kepada masyarakat dan para calon pemimpin.

SKPP: Investasi Demokrasi Jangka Panjang

Sebagai bagian dari pendidikan politik partisipatif, SKPP hadir untuk mendorong anak muda agar aktif dalam pengawasan pemilu dan pembangunan demokrasi. Ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga forum transformasi wawasan kebangsaan dan etika politik.

Melalui SKPP, kami tidak hanya belajar tentang regulasi, tetapi juga diberi ruang untuk berdiskusi tentang bagaimana menjadi warga negara yang aktif dan sadar. Pendidikan seperti ini yang sangat dibutuhkan di berbagai pelosok negeri, agar demokrasi kita tidak hanya prosedural, tetapi juga substansial.

Angela Merkel, mantan Kanselir Jerman, pernah menyampaikan bahwa: “Politics should serve the people, not the other way around.” SKPP dan pendidikan politik sejenis berfungsi untuk membentuk generasi pemimpin yang menyadari bahwa kekuasaan sejatinya adalah sarana pengabdian, bukan kendaraan pribadi menuju kekayaan atau popularitas.

Penutup: Pendidikan Politik adalah Tanggung Jawab Bersama

Pendidikan politik bukan semata tugas lembaga negara seperti Bawaslu, KPU, atau Kemendikbudristek. Ini adalah tanggung jawab bersama—termasuk partai politik, perguruan tinggi, organisasi masyarakat sipil, hingga media massa.

Sebagai alumni SKPP Nasional asal Provinsi Bengkulu, saya mengajak seluruh elemen bangsa untuk menghidupkan kembali semangat pendidikan politik di tengah masyarakat. Kita tidak bisa terus berharap akan hadirnya pemimpin ideal jika rakyat tidak dibekali pemahaman politik yang baik.

Demokrasi tidak akan berjalan tanpa rakyat yang cerdas. Dan pemimpin tidak akan berkualitas tanpa basis pendidikan politik yang kuat. Maka mari kita mulai dari sekarang—dengan mendidik, menyadarkan, dan melibatkan.

Karena seperti kata Mahatma Gandhi: “The future depends on what you do today.”