Tel Aviv/Teheran, CoverPublik.com – Israel melancarkan serangan militer terhadap Iran pada Jumat pagi, 13 Juni 2025, yang menargetkan fasilitas nuklir dan lokasi militer strategis di negara tersebut. Serangan ini terjadi setelah peringatan keras dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait potensi konflik besar di kawasan Timur Tengah.
Ledakan hebat terdengar di beberapa titik, termasuk ibu kota Teheran, menurut laporan dari televisi pemerintah Iran. Serangan tersebut membuat sistem pertahanan udara Iran berada dalam status siaga penuh.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, melalui juru bicara Daniel Katz, menyampaikan bahwa Israel telah bersiap menghadapi kemungkinan serangan balasan dari Teheran. “Setelah operasi militer awal terhadap Iran, kami memperkirakan akan ada rentetan rudal dan serangan pesawat nirawak terhadap wilayah dan penduduk Israel dalam waktu dekat,” ujarnya, seperti dikutip dari NDTV. Israel juga telah menetapkan status darurat nasional sebagai antisipasi.
Serangan ini berdampak langsung pada pasar global. Harga minyak mentah melonjak hingga 6 persen dalam perdagangan internasional, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap stabilitas kawasan dan potensi gangguan pasokan energi global.
Presiden AS Donald Trump mengomentari situasi ini dalam pernyataannya di Gedung Putih pada Kamis, sehari sebelum serangan terjadi. Ia menyebutkan bahwa konflik berskala besar sangat mungkin terjadi di Timur Tengah. “Saya tidak ingin mengatakan itu akan segera terjadi, tetapi tampaknya itu sangat mungkin,” katanya.
Trump juga menyatakan bahwa negosiasi kesepakatan baru mengenai program nuklir Iran hampir mencapai titik temu. Namun, ia memperingatkan bahwa serangan militer Israel dapat merusak peluang diplomasi tersebut. “Sebenarnya bisa saja membantu, tetapi bisa juga menghancurkannya,” imbuhnya.
Presiden AS itu tidak mengungkapkan isi percakapannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu awal pekan ini. Namun, ia menyatakan keinginannya agar Israel tidak mengambil tindakan sepihak. “Saya tidak ingin mereka masuk [ke Iran], karena saya pikir itu akan merusak segalanya.”
Sementara itu, seorang pejabat AS memastikan bahwa Amerika Serikat tidak terlibat dalam serangan Israel terhadap Iran. Meski demikian, Washington telah menarik staf diplomatiknya dari Kedutaan Besar AS di Irak sejak Rabu, mengantisipasi peningkatan risiko keamanan. Irak selama ini dikenal sebagai arena benturan kepentingan antara AS dan Iran.
Israel melihat Iran, negara yang dipimpin oleh ulama garis keras, sebagai ancaman eksistensial. Tahun lalu, Israel telah meluncurkan serangan terhadap sistem pertahanan udara Iran. Konflik ini makin meningkat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang didukung Teheran, terhadap wilayah Israel, yang kemudian dibalas dengan operasi besar-besaran di Gaza.
Di sisi lain, Iran terus membantah tuduhan bahwa mereka sedang mengembangkan senjata nuklir. Namun, kekhawatiran komunitas internasional meningkat setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB menyatakan bahwa Iran tidak mematuhi kewajiban pengawasannya. Israel pun menyerukan negara-negara dunia untuk bertindak atas pelanggaran tersebut.
Ketegangan yang kian membara antara dua kekuatan di Timur Tengah ini menimbulkan kekhawatiran global akan pecahnya perang terbuka yang dampaknya bisa menjalar ke seluruh dunia.
Pewarta: Yulisman
Editor : Masya Heri
COPYRIGHT © COVERPUBLIK 2025