Hadapi Perubahan Iklim, Gelora Tanam 10 Juta Pohon

Bengkulu – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) melakukan penanaman 10 juta pohon secara serentak di 34 Provinsi sebagai bagian dari gerakan melawan perubahan iklim, Minggu (28/11/21). Kegiatan tanam pohon ini dilakukan serentak 34 DPW Gelora seluruh Indonesia yang dikomandoi oleh ketua Umum Gelora Anis Matta, di mana setiap pengurus wilayah akan disapa satu-persatu.

Di Bengkulu, pelaksanaan kegiatan tanam pohon dilaksanakan di Kawasan Kota Tuo Pasar Bengkulu yang merupakan muara daerah aliran sungai Bengkulu. kegiatan diikuti oleh pengurus dan Kader Gelora Bengkulu yang berjumlah 50 orang, juga hadir beberapa perwakilan dari pemerintahan Kota Bengkulu yang diwakili oleh Lurah Pasar Bengkulu, perwakilan Forum Pemuda Peduli Bengkulu, serta perwakilan masyarakat lainnya.

Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta mengatakan perubahan iklim (climate change) adalah berubahnya pola iklim dunia. Perubahan iklim menyebabkan curah hujan tidak menentu, arah angin yang berubah drastis dan sebagainya. Semuanya mempengaruhi jadwal panen, waktu melaut, dan banyak faktor lainnya yang terjadi karena iklim yang tidak menentu/berubah-ubah.

Perubahan iklim muncul akibat pemanasan global, di mana peningkatan suhu rata-rata muka bumi yang disebabkan oleh meningkatnya kadar/jumlah emisi Gas Rumah Kaca yang menyebabkan tertahannya panas bumi sehingga tidak terlepas ke udara. Perubahan ini juga memberi dampak serius terhadap berbagai sektor di Indonesia, misalnya kesehatan, pertanian, perekonomian, dan lain-lain.

“Perubahan iklim di Indonesia berdampak cukup besar terhadap produksi bahan pangan, seperti jagung dan padi. Produksi bahan pangan dari sektor kelautan (ikan maupun hasil laut lainnya) diperkirakan akan mengalami penurunan yang sangat besar dengan adanya perubahan pada pola arus, temperatur, tinggi muka laut, umbalan, dan sebagainya,” katanya.

Berikut adalah sejumlah ancaman yang akan dihadapi Indonesia, sebagai negara kepulauan terkait Perubahan Iklim;

  1. Gelombang Panas Ekstrem,
  2. Meningkatkan Kejadian Kebakaran Hutan Secara Ekstrim,
  3. Meningkatnya Risiko Kekeringan
  4. Risiko banjir,
  5. Meningkatkan Dampak,
  6. Kerusakan Akibat Topan,
  7. Kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir,
  8. Produksi Beras Menurun
  9. Produksi Kopi Menurun
  10. Lenyapnya Terumbu Karang dan Wisata Bahari
  11. Pertumbuhan Ekonomi Terhambat.

Sejak tahun 1995 hingga tahun 2010 Indonesia kehilangan hutan dalam jumlah yang luar biasa. Pada masa itu, setiap menit kita kehilangan hutan seluas 6 kali lapangan bola. Pada periode 2020 hingga 2021, setiap menitnya kita kehilangan hutan seluas 3,5 kali lapangan sepakbola atau setara dengan 2,21 juta hektar setiap tahun. Dampak dari kerusakan hutan adalah hilangnya sejumlah keanekaragaman hayati, terganggunya siklus air, banjir dan erosi tanah.

Daftar dari musnahnya hutan ini bisa lebih panjang bila dituliskan, hingga bermuara pada perubahan iklim. Membuat Indonesia mengalami kenaikan suhu hingga 0.9 derajad celcius pada tahun 2020.

Pada wilayah pemukiman dan perkotaan, praktek kerusakan serupa juga banyak terjadi. Area Hijau perkotaan dan daerah serapan air kemudian berubah menjadi pemukiman. Semakin mendorong
Indonesia untuk berkontribusi aktif terhadap hilangnya 15 milyar batang pohon di Dunia setiap tahunnya.

Meskipun sering dianggap remeh, kata Anis menanam pohon memberikan banyak manfaat dari mulai manfaat sosial, manfaat lingkungan hingga manfaat ekonomi. Tanpa perlu disebut panjang lebar, pohon secara alami menarik karbon dan mengeluarkan produk sampingan yang sangat berguna bagi manusia: oksigen. Oksigen itu penting.

“Tetapi hal yang lebih penting adalah bahwa pohon menyerap karbon dan salah satu
aspek terbesar dari pemanasan global adalah meningkatnya jumlah karbon dioksida yang terperangkap di atmosfer kita. Karbon dioksida adalah salah satu dari beberapa gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Lebih dari 11.000 ilmuwan telah menyatakan bahwa planet ini saat ini menghadapi “darurat iklim,” kata Anis.

“Jika kita menanam lebih banyak pohon hari ini, itu berarti akan ada lebih sedikit karbon dan lebih sedikit gas rumah kaca di atmosfer kita. Kita bisa mengalahkan Perubahan Iklim” ungkapnya.

Sementara itu Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Gelora Indonesia provinsi Bengkulu Dedi Haryono, ST memaparkan kegiatan ini bertujuan untuk melawan perubahan iklim, sebagai kepedulian Partai Gelora Indonesia terhadap keseimbangan alam dan lingkungan, juga dalam rangka mendukung program pemerintah di Hari Tanam Pohon Nasional 28 November 2021.

Pada kegiatan ini, seluruh peserta ikut melakukan penanaman pohon sebanyak 50 Batang yang terdiri dari jenis Ketapang Laut, Cemara Laut, pucuk merah, giodokang tiang, matoa, dan jenis tanaman lainnya. Akses terhadap bibit pohon tersebut Partai Gelora bekerja sama dengan BPDAS Ketahun Provinsi Bengkulu dan UPTD P2STH DLHK Provinsi Bengkulu.

“Ditargetkan penanaman akan terus berlanjut dengan menanam pohon sebanyak 250 Ribu pohon yang disebar ke 10 kabupaten kota sampai dengan tahun 2023,” kata Dedi.

Dengan adanya kegiatan Program “Gelora Tanam 10 Juta Pohon“ pada dasarnya mengajak masyarakat baik individu, organisasi sosial maupun perusahaan untuk terlibat dalam gerakan menanam pohon seumur hidup.

“Bukan hanya sekali, bukan berupa seremonial namun terus menerus melakukan penanaman pohon. Pohon Ditebang, Banjir dan Longsor Datang. Cegah Banjir dengan Tanam Pohon. Tak Ada Pohon, Tak Ada Oksigen. Pohon kita, oksigen kita. Pohon kita, hidup kita. Pohon tumbuh, hidup berkembang. Pohon butuh hidup, Sebab hidup butuh pohon. Banyak pohonnya, Banyak untungnya. Pohon makin sedikit, nafas makin sulit,” tutup Dedi. (ZA)